Kamis, 29 Oktober 2009

perubahan perilaku setelah promosi kesehatan pada ibu nifas

Pengertian Masa Nifas

1. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
2. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
3. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
4. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).

Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5. Mendapatkan kesehatan emosi.

Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan secara professional.

Tahapan Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :

1. Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :

1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:
Kunjungan Waktu Asuhan
I 6-8 jam post partum Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
II 6 hari post partum Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
III 2 minggu post partum Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
IV 6 minggu post partum Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
Memberikan konseling KB secara dini.

Kamis, 22 Oktober 2009

Promosi Kesehatan Bidan Terhadap ibu nifas

Promosi kesehatan pada ibu nifas


A. Pengertian.
Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pengaeasan Post Partum adalah 2-6 jam, 2jam-6hari, 2jam-6minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu ).
Pengawasan dan asuhan post partum masa nifas sangat diperlukan yang tujuanya adalah sebagai berikut :
1. Menjaga kesehatan ibu dan batinya, baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan sekrining yang komprehensif, mendeteksi masalah mengobati, atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada saat bayi sehat.
4. Meberikan pelanyanan KB.
Gangguan yang sering terjadi pada masa nifas berupa gangguan psikologis seperti Post Partum Blues (PPS), depresi post partum dan post partum psikologi.
B. BABY BLUE (POST PARTUM BLUES)
Merupakan kesedihan atau kemurungan setelh melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi yang diyandain dengan gejala-gejala sbb:
Cemas tanpa sebab
Menangis tanpa sebab
Tidak sabar
Tidak percaya diri
Sensitive
Mudah tersinggung
Merasa kurang menyayangi bayinya
Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini bisa serius dan bisa bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan berlanjut menjadi Post Partum Sindrome.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan post partum blues ada dua cara yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik.
2. Dengan cara peningkatan support mental/ dukungan keluarga.
C. KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
1. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.
2. Dapat memahami dirinya
3. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
D. PENINGKATAN SUPPORT MENTAL/DUKUNGAN KELUARGA DALAM MENGATASI GANGGUAN PSIKOLOGIS YANG BERHUBUNGAN DENGAN MASA NIFAS.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sbb :
a. Fase Taking in yaiyu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung inu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase taking hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c. Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.
Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues. Jika hal ini terjadi, disarankan untuk melakukan hal-hal berikut ini :
Minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
Beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah dukungan dan pertolongannya.
 Buang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.

Jumat, 16 Oktober 2009

sejarah promosi kesehatan dalam kebidanan


Jumat, 16 oktober 2009
16.00:15
SeJaraH PRoMoSi keseHaTan kHususNya daLam LingkUp keBidaNan



aWaL muLanya siH binGung Mw nYUari baCaaN yang kyGmana,ya pi iniLah Hasilnya,,,

WASPADA ONLINE

MENULIS adalah aktivitas manusia sejak zaman dahulu kala. Ini bisa kita lihat pada peninggalan sejarah berupa batu bertulis (prasasti), relief pada candi-candi dan situs sejarah lainnya. Ini menunjukkan bahwa tulisan itu, apa pun jenis dan bentuknya adalah suatu kegiatan manusia yang bukan saja mempunyai nilai seni, tapi juga nilai sejarah nantinya.

Salah satu program kesehatan masyarakat adalah promosi kesehatan yang seharusnya merupakan kegiatan inti dari program lain, yaitu preventif, kuratif dan rehabilitatif. Karena semua program yang dijalankan Dinas Kesehatan harus disosialisasikan melalui promosi kesehatan, maka promosi kesehatan harus melekat di setiap program.

Berbagai upaya promosi kesehatan telah dilakukan sejak dulu dengan berbagai bentuk kegiatan, seperti penyuluhan langsung kepada masyarakat, bisa juga melalui media elektronik televisi, radio dan media cetak. Berbagai bentuk spanduk, billboard, buku dan lefleat serta stiker yang berisi pesan-pesan kesehatan sejak dulu sudah diperkenalkan dan diedarkan di mana-mana.

Namun kita lihat sampai saat ini promosi kesehatan masih belum optimal sampai di masyarkat. Kalaupun sampai, tidaklah serta merta dimengerti dan difahami oleh masyarakat luas. Sebagai contoh, bagaimana promosi cara penanggulangan demam berdarah dengue (DBD) dengan pemberantasan sarang nyamuk atau jentik nyamuk belum banyak difahami dan dilakukan oleh masyarakat.

Bagaimana HIV/AIDS yang sampai saat ini belum tersosialisasi di kalangan medis sendiri, sehingga masih banyak petugas kesehatan yang masih takut menanganinya dan masih melekatnya stigma bagi pengidap HIV oleh masyarakat sekitarnya. Ini semua membuktikan bahwa upaya promosi kesehatan adalah upaya yang harus dilakukan secara terus menerus dengan berbagai metode. Salah satu metodenya adalah dengan menuliskannya dalam bentuk artikel untuk dimuat di surat kabar, majalah atau tabloid, sehingga masyarakat luas dapat membacanya.


Jenis artikel kesehatan
Berbagai jenis artikel kesehatan dapat saja dibuat oleh dokter, dokter gigi, sarjana kesehatan masyarakat, perawat, bidan, ahli kesehatan lingkungan serta apoteker sesuai dengan bidang dan kompetensinya. Artikel boleh saja dalam bentuk ilmiah populer yang berisikan informasi berbagai jenis penyakit mulai dari namanya, gejala-gejala dan tanda yang ditimbulkannya, upaya pengobatan dan pencegahannya, serta upaya-upaya penanggulangan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap penyakit tersebut.

Tulisan seperti ini bersifat teknis. Dapat juga dibuat laporan kasus-kasus yang ditangani sehari-hari di rumah sakit, klinik, Puskesmas, baik itu kasus yang sukses penanganannya ataupun kasus yang sulit atau langka. Ini bersifat pelaporan yang membutuhkan rekam medik yang lengkap dan penulis harus mampu menonjolkan keistimewaan dari kasus yang dilaporkan.

Bisa juga jenis artikel yang berisikan tentang program dan kebijakan yang kita lakukan sesuai bidang yang ditangani, seperti pelaksanaan program imunisasi, penanggulangan gizi buruk, kesehatan bayi dan anak, kesehatan ibu hamil, kesehatan lingkungan, usaha kesehatan sekolah dan berbagai kegiatan lainnya.

Untuk tulisan yang bersifat ilmiah populer di surat kabar, tentu saja tidaklah harus mengikuti kaidah-kaidah penulisan ilmiah seperti menulis di jurnal-jurnal kesehatan, tapi lebih sederhana dan lebih mudah dengan bahasa yang mudah difahami oleh masyarakat awam.

Memulai Menulis
Suatu hal yang sulit adalah memulai. Tetapi kesulitan itu sebenarnya alasan yang terlalu dicari-cari. Karena pada hakikatnya, seorang petugas kesehatan harus mampu menulis apa yang akan dikerjakannya dan mengerjakan apa yang dituliskannya. Untuk menulis artikel kesehatan yang bersifat ilmiah populer, tidak memerlukan keahlian khusus, hanya dibutuhkan keberanian untuk memulai dan melakukan cek dan ricek atas tulisan yang sudah dibuat.

Yang penting harus ada pesan yang ingin disampaikan dengan sederhana. Sangat banyak pesan kesehatan yang harus disampaikan kepada masyarakat. Juga sangat banyak bahan tulisan yang ada di buku, majalah, surat kabar, internet tentang pesan kesehatan yang bisa dicontoh (bukan diplagiat) dan dimodifikasi. Bahan tulisan kesehatan selamanya up to date, sepanjang kita bisa menyuguhkannya dengan gaya yang hidup dan santai, tidak terlalu kaku sebagai substansi bahan pelajaran di sekolah.

Bisa juga ditambahi dengan ilustrasi yang bersifat nyata atau hanya fiktif, yang penting tidak keluar dari koridor substansi yang ingin disampaikan. Kalau anda ingin menulis tentang bahaya merokok bagi kesehatan, anda bisa memulai dengan menampilkan data-data angka kesakitan paru atau jantung yang berkaitan dengan rokok, atau anda ceritakan seseorang yang menderita penyakit paru kronik yang juga seorang perokok berat.

Anda bisa juga menceritakan bagaimana seorang ibu yang merasa gelisah ketika bayi yang baru diimunisasikannya di Posyandu mengalami demam dan menangis terus, sebelum anda menceritakan tentang efek samping imunisasi DPT.

Banyak membaca dan berpikir
Buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya. Itu moto lama yang sudah dikenal. Membaca mempunyai arti yang luas. 'Alam terkembang menjadi guru', itu ungkapan yang lebih luas dari arti membaca. Kita harus mampu membaca alam ini, membaca pekerjaan kita sehari-hari, membaca problema yang kita hadapi dalam pekerjaan, membaca keberhasilan kita dan keberhasilan orang lain, membaca kegagalan kita dan kegagalan orang lain, serta membaca yang tersurat dan yang tersirat. Apa yang kita lihat, kita alami dan kita rasakan, belum tentu dapat dilihat, dialami dan dirasakan oleh orang lain yang sama profesinya dengan kita. Apa yang dilihat, dialami dan dirasakan juga belum tentu mampu untuk diungkapkan melalui tulisan. Kemampuan untuk mengungkapkan lewat tulisan diperlukan oleh seorang petugas kesehatan di mana pun dia bertugas.

Semua orang bisa membaca, tapi tidak semua orang mengerti apa yang dibacanya. Lebih sulit lagi membuat orang lain mengerti apa yang dibacanya. Karena itu, kita juga harus lebih banyak berpikir mengenai yang kita baca, mengenai lingkungan kita, hal-hal yang kita lihat dan amati. Filosofi ini berkaitan erat dengan promosi kesehatan.

Selalu kita merasa apa-apa yang kita sampaikan melalui kegiatan rutinitas kita sudah dimengerti oleh masyarakat. Padahal promosi kesehatan memerlukan pengulangan-pengulangan yang tidak menjemukan. Pengulangan-pengulangan yang tidak monoton dapat dilakukan dengan penulisan artikel dengan gaya bahasa yang menarik. Membangun kemampuan untuk membuat gaya bahasa yang menarik hanya dapat dilakukan melalui latihan menulis dan menulis.



Sumber informasi
Unit tempat kita bekerja, apakah itu Puskesmas, rumah sakit, Dinas Kesehatan, kampus, klinik dan apa saja harus kita jadikan sebagai sumber informasi sesuai dengan kompetensi kita. Jangan kita memberikan informasi yang tidak sesuai dengan kompetensi kita dengan tidak mengabaikan rahasia pekerjaan dan rahasia profesi.

Kalau seorang dokter Puskesmas, tentunya harus menguasai problema kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dan ini boleh diinformasikan kepada masyarakat melalui tulisan. Seorang sarjana kesehatan masyarakat tentunya lebih menguasai masalah kesehatan di suatu wilayah kerja dan mampu mengaitkannya dengan berbagai aspek dan menganalisa serta menuangkannya dalam bentuk tulisan atau penelitian epidemiologi.
Profesi kesehatan saat ini sudah lebih terbuka akan informasi kepada masyarakat.

Masyarakat juga sudah membutuhkan informasi yang lengkap dan jelas terhadap berbagai jenis penyakit, tindakan medis yang dilakukan, obat-obatan yang diberikan, efek samping obat yang mungkin timbul, komplikasi penyakit yang mungkin dialami, kemungkinan kesembuhan atau kegagalan dalam pengobatan dan data-data kesehatan di suatu daerah serta program yang telah, tengah dan akan dilakukan.

Media cetak seperti surat kabar atau majalah adalah wadah promosi kesehatan yang paling potensial dan harus dimanfaatkan secara optimal. Apa yang kita lakukan harus diketahui oleh masyarakat agar kita juga bisa mendapatkan masukan dari masyarakat tentang kekurangan-kekurangan kita untuk dapat diperbaiki dan ditingkatkan. Surat kabar harus jadi mitra kerja, sepanjang memang kita nilai dapat dijadikan mitra.
Mari kita mulai untuk menulis....!!

mULa-muLa kita simak Dulu mengenai SejaRah dari PromOsi keseHaTan…



“Health education alone is nothing.
Health education with programis something.
Health educationwith program and community is everything”.(Jargon Health Education)



Masa Penjajahan
Mula-mula Belanda, untuk kepentingan mereka sendiri, membentuk Jawatan Kesehatan Tentara (Militair Geneeskundige Dienst) pada tahun 1808. Itu terjadi pada waktu pemerintahan Gubernur Jendral H.W. Daendels, yang terkenal dengan pembuatan jalan dari Anyer sampai Banyuwangi, yang membawa banyak korban jiwa penduduk. Pada waktu itu ada tiga RS Tentara yang besar, yaitu di Batavia (Jakarta), Semarang dan Surabaya. Usaha kesehatan sipil mulai diadakan pada tahun 1809, dan Peraturan Pemerintah tentang Jawatan Kesehatan Sipil dikeluarkan pada tahun 1820. Pada tahun 1827 kedua jawatan digabungkan dan baru pada tahun 1911 ada pemisahan nyata antara kedua jawatan tersebut. Pada permulaannya, perhatian hanya ditujukan kepada kelompok masyarakat penjajah (Belanda) sendiri, beserta para anggota tentaranya yang juga meliputi orang pribumi. Sedangkan usaha untuk mempertinggi kesehatan rakyat secara keseluruhan baru dinyatakan dengan tegas dengan dibentuknya Jawatan/Dinas Kesehatan Rakyat pada tahun 1925. Sedangkan pelayanan kesehatan yang mula-mula dilakukan adalah pengobatan dan perawatan (upaya kuratif), melalui RS Tentara.
Pada waktu itu sebagian besar rakyat di pedesaan masih sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, kepercayaan akan tahayul, sedangkan pengobatan lebih percaya pada dukun. Ibu-ibu pada waktu melahirkan bayinya juga lebih banyak ditolong oleh dukun. Kondisi hygiene-santasi masih sangat buruk, dan berobat ke dokter masih menimbulkan rasa takut. Banyak penyakit timbul karena pola hidup yang tidak bersih dan tidak sehat. Pada waktu itu sering terjadi wabah malaria, kolera, sampar, dan cacar. Di samping itu juga sering terjadi wabah busung lapar di daerah-daerah tertentu. Sedangkan penyakit frambusia/patek/puru, kusta dan tuberkulosis merupakan penyakit rakyat. Usaha preventif pertama yang dilakukan adalah pemberian vaksin cacar yang hanya dilakukan dalam kelompok terbatas. Usaha lainnya yang sebenarnya tertua usianya adalah pengasingan para penderita kusta, tetapi itu lebih sebagai usaha pencegahan penularan semata-mata. Selain itu juga ada kegiatan pengasingan para penderita sakit jiwa, yang hanya dilakukan terhadap mereka yang berbahaya bagi masyarakat sekelilingnya.
Dengan adanya wabah kolera, pada tahun 1911 di Batavia dibentuk badan yang diberi nama “Hygiene Commissie” yang kegiatannya berupa: memberikan vaksinasi, menyediakan air minum dan menganjurkan memasak air untu diminum. Perintis usaha ini adalah Dr. W. Th. De Vogel. Selanjutnya pada tahun 1920 diadakan jabatan “propagandist” (juru penyiar berita) yang meletakkan usaha pendidikan kesehatan kepada rakyat melalui penerbitan, penyebar luasan gambar dinding, dan pemutaran film kesehatan. Usaha ini karena penghematan dihentikan pada tahun 1923.




“Medisch Hygienische Propaganda”
Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene. Kegiatan pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah Banten. Bentuk usahanya dengan mendorong rakyat untuk membuat kakus/jamban sederhana dan mempergunakannya. Lambat laun pemberantasan cacing tambang tumbuh menjadi apa yang dinamakan “Medisch Hygienische Propaganda”. Propaganda ini kemudian meluas pada penyakit perut lainnya, bahkan melangkah pula dengan penyuluhan di sekolah-sekolah dan pengobatan kepada anak-anak sekolah yang sakit. Timbullah gerakan, untuk mendirikan “brigade sekolah” dimana-mana. Hanya saja gerakan ini tidak lama usianya.
Baru pada tahun 1933 dapat dimulai organisasi higiene tersendiri, dalam bentuk Percontohan Dinas Kesehatan Kabupaten di Purwokerto. Dinas ini terpisah dari Dinas Kuratif tetapi dalam pelaksanaannya bekerjasama erat. Dalam hubungan usaha higiene ini perlu disebutkan nama Dr.John Lee Hydrick dari Rocckefeller Fundation (Amerika), yang memimpin pemberantasan cacing tambang mulai tahun 1924 sampai 1939, dengan menitik beratkan pada Pendidikan Kesehatan kepada masyarakat. Ia mengangkat kegiatan Pendidikan Kesehatan Rakyat (Medisch Hygienische Propaganda) dengan mengadakan penelitian operasional tentang lingkup penderita penyakit cacing tambang di daerah Banyumas. Ia menyelenggarakan kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang Hygiene dan Sanitasi, dengan mencurahkan banyak informasi tentang penyakit-penyakit yang berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta usaha pencegahan dan peningkatan kesehatan (cacing tambang, malaria, tbc.). Ia mengadakan pendekatan dalam upaya membangkitkan dan menggerakkan partisipasi masyarakat (pendekatan seperti ini nanti dikenal dengan nama “pendekatan edukatif”). Yang menonjol pada waktu itu adalah penggunaan media pendidikan (booklets, poster, film dsb) dan juga kunjungan rumah yang dilakukan oleh petugas sanitasi yang terdidik.
Sebagai pelaksana kegiatan pendidikan kesehatan dalam bidang Hygiene dan Sanitasi, seorang dokter pribumi bernama Dr. Soemedi, kemudian mendirikan Sekolah Juru Hygiene di Purwokerto. Usaha ini kemudian dilanjutkan oleh Dr. R. Mochtar yang kemudian menjabat sebagai Kepala Bagian Pendidikan Kesehatan Rakyat (Medisch Hygienische Propaganda Dienst). Sehubungan dengan karya atau usaha Dr. Hydrick itu, Dr.R.Mochtar mengemukakan sbb.: “Selama penyelidikan itu, diadakan penerangan kepada penduduk tentang penyakit cacing dengan menggunakan film, dan gambar-ganbar sorot. Hasil penerangan itu begitu besar, hingga terjadilah keyakinan, bahwa mungkin sekali kepada penduduk diberikan pengetahuan lebih lanjut tentang kesehatan itu dan tentang penyakit dengan jalan mengadakan propaganda tentang kesehatan dan organisasi pekerjaan hygiene secara seksama.
Kemudian timbul suatu pekerjaan secara teratur dalam lapangan Medisch Hyg. Propaganda dan hygiene yang seksama di daerah-daerah desa, dibawah pimpinan dokter-dokter. Suatu daerah percontohan diadakan di wilayah Kabupaten Banyumas. Disamping itu diadakan suatu sekolah Mantri Kesehatan.
Berkat kegiatan mereka jang mendjalankan tugasnja dalam lapangan tersebut, maka pekerdjaan tadi dalam arti sebenarnyja mendjelma sebagai suatu pendidikan tentang kesehatan kepada rakyat bukan saja suatu medisch hygiensche propaganda.
Meskipun para pegawai acapkali menghadapi orang-orang jang salah faham tentang pekerjaan itu dan mengalami berbagai penghinaan, akan tetapi dengan penuh keyakinan tentang kesucian pekerjaan itu, mereka menjalankan tugasnya, sehingga pendidikan kesehatan rakjat itu memperoleh tempat dalam usaha Pemerintahan dalam lapangan kesehatan rakjat, bahkan sejak pecahnya revolusi pada tahun 1945 di Indonesia telah dibangun urusan hygiene desa atas dasar pendidikan kesehatan rakyat.
Perang dunia ke II mengakibatkan datangnya zaman baru. Arus gelombang gerakan kesehatan rakyat di dunia telah juga meliputi Indonesia. Di Indonesia filsafat kesehatan yang dianjurkan oleh W.H.O. itu diterima pula dan dijadikan dasar dalam gerakan kesehatan rakyat di Indonesia. Oleh karena itu dapat diramalkan, bahwa pekerjaan Pendidikan Kesehatan Rakyat itu terus menerus akan memperoleh perhatian besar dari pemerintah, maupun masyarakat. Filsafat yang diandjurkan oleh W.H.O. itu ialah, bahwa kesehatan itu adalah :
“a state of complete physical, mental and social wellbeing and not merely the absence of disease or infirmity”(Suatu keadaan sempurna mengenai tubuh, rohani dan sosial, bukan saja tidak ada penjakit, uzur arau cacad).
seKaRang mari kita siMak saLah saTu TULIsAN menGenai PRomosi kesehatan daLam KebiDanan

Disini saya Akan berbagi TOpik yaitu Pre ekLampsi…..di siMak Yah………^_^



Pre Eklamsia
a. Definisi
Perkataan ”eklampsi” berasal dari Yunani yang berarti ”halilintar” karena gejala eklampsi datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam dalam kebidanan. Dikemukan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian pre eklampsi dan eklampsi sehingga menetapkan upaya promotif dan preventif.
Pre eklampsi merupakan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuri dan oedema. Yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukan tanda-tanda kelainan-kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya.

b. Etiologi
Apa yang menjadi pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawabab yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan:
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primi graviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatitosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
4. Sebab jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan berikutnya
5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre eklamsi adalah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan pre-eklampsi. Diantara faktor-faktor yang ditemkan sering kali sukar ditemukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
Teori iskemia implantasi plasenta dianggap dapat menerangkan berbagai gelaja pre eklampsi dan eklampsi:
1. kenaikan tekanan darah
2. pengeluaran protein dalam urin
3. edema kaki, tangan sampai muka.
4. terjadinya gejala subjekfif : sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri pada epigastrium, sesak nafas, berkurangnya urin.
5. menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma, terjadi kejang.
c. Tanda dan gejala
1. sakit kepala terutama daerah frontalis
2. rasa nyeri didaerah epigastrium
3. gangguan mata, pemglihatan menjadi kabur
4. terdapat mual sampai muntah
5. gangguan pernapasan sampai sianosis
6. terjadi gangguan kesadaran
Bila salah satu diantara gejala atau tanda diketemukan pada ibu hamil sudah dapat digolongkan pre eklampsi berat. Tanda dan gejala:
1. tekanan darah 160/110 mmHg
2. olugouria urin kurang dari 400/500 cc/24jam
3. proteinuria 3-5 gr per liter atau lebih
4. keluhan subyektif:
o nyeri epigastrium
o gangguan penglihatan
o nyeri kepala
o edema paru dan sianosis
o gangguan kesadaran
5. pemeriksaan:
o kadar emzim hati meningkat disertai ikterus
o perdarahan pada retina
o trombosit kurang dari 100.000/mm
d. Patofisiologi
Pada pre eklampsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spame hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi, jika semua artariola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intertisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus. (Mochtar, 2002).
e. Perubahan pada organ-organ :
a. Otak
Pada pre-eklampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas normal. Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darh otak. Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan fisus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.

b. Plasenta dan rahim
Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan placenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-eklampsi dan eklampsi sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya terhadap rangsang, sehingga terjadi partus prematurus
c. Ginjal
Filtrasi glomerlus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Halini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50 % dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
d. Paru-paru
Kematian ibu pada pre-eklampsi dan ekllampsi biasanya di sebabkan oleh edeme paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pnemonia, atau abses paru.
e. Mata
Dapat di jumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal tersebut, maka harus di curigai terjadinya pre-eklamsi berat. Pada eklamsi dapat terjadi ablasio retina yangdi sebabkan edema intra okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukan tanda pre-eklamsi berat yang mengarah pada eklampsi adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini di sebabkan oleh adanya perubahan darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina.
f. Keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre-eklampsi berat dan eklampsi kadar gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organik lainnya naik, sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat – zat organik di oksidasi, dan di lepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkali dapat kembali pulih normal.


g. Penatalaksanaan
1. Pencegahan pre eklampsi
Untuk mencegah kejadian pre eklampsi dapat dilakukan nasehat dan berkaitan dengan:
• Diet-makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari
• Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil yang semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
• Pengawasan antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
a. uji kemungkinan pre eklampsi:
o pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya
o pemeriksaan tinggi fundus uteri
o pemeriksaan kenaikan berat badan atau edem
o pemeriksaan protein dalam urin
okalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum, pemeriksaan retina mata.
b. penilaian kondisi janin dalam rahim
o pemantauan tinggi fundus uteri
opemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantuan air ketuban
o usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi
2. Penanganan pre eklampsi
Penanganan ini bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan akan ptimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal.
Bidan yang mempunyai polindes dapat merawat penderita pre-eklamsia berat untuk sementara, sampai menunggu kesempatan melakukan rujukan sehingga penderita mendapatkan pertolongan yang sebaik-baiknya.
Penderita di usahakan agar :
1. terisolasi sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar.
2. Di pasang infus glukosa 5 %
3. Dilakukan pemeriksaan :
- Pemeriksaan umum : pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan.
-Pemeriksaan kebidanan : pemeriksaan leopold, denyut jantung janin, pemeriksaan dalam ( evaluasi pembukaan dan keadaan janin dalam rahim).
- Pemasangan daurer kateter
- Evaluasi keseimbangan cairan
4. Pengobatan
Upaya pengobatan ditujukan untuk mencegah kejang, pemulihan organ vital dalam keadaan normal, dan melahirkan bayi dalam trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi. Adapun pengobatan yang dilakukan adalah:
- Sedativa : phenobarbital 3 x 100 mgr, valium 3 x 20 mgr.
- Menghindari kejang
a. Magnesium sulfat.
- Berikan MgSO4 dalam infus dekstrosa 5% dengan kecepatan 15-20 tetes per menit. Dosis awal MgSO4, 2g IV dalam 10 menit selanjutnya 2g/jam dalam drip infus sampai tekanan darah stabil ( 140-50/90-100 mmHg). Hal ini diberikan selama 6 jam pascapersalinan atau bila ada tanda-tanda intoksikasi.
- Inisial dosis 8 gr im, dosis ikutan 4 gr/6 jam
- Observasi : pernafasan tidak kurang16 menit, reflek patela positif, urin tidak kurang dari 600 cc / 24 jam.
b. Valium
- Inisial dosis 20 mgr iv, dosis ikutan 20 mgr/drip 20 tetes/menit.
- Dosis maksimal 120 mgr/24 jam.
c. Kombinasi obat
- Pethidine 50 mgr im,
- Clorpromazine 50 mgr im
- Diazepam (valium) 20mgr im
d. Bila terjadi oliguria diberikan glukosa 40% iv untuk menarik cairan dari jaringan, sehingga dapat merangsang diuresis
e. Penanganan konservatif bila kehamilan <32 minggu tanpa disertai tanda-tanda
5. Setelah keadaan pre-eklamsi berat dapat di atasi, pertimbangan mengakhiri kehamilan berdasarkan :
a. Kehamilan cukup bulan.
b. Mempertahankan kehamilan sampai mendekati cukup bulan
c. Kegagalan pengobatan pre-eklampsia berat kehamilan di akhiri tanpa memandang umur.
d. Merujuk penderita kerumah sakit untuk pendekatan yang adekuat. Megakhiri kehamilan merupakan pengobatan utama untuk memutuskan kelanjutan pre-eklampsia menjadi eklampsia.(hanifa wiknjosastro,1994)
selain iTu ada Upaya_Upaya yang Wajib dIlaksanakan BIDAN maupun PeTugas KeSehaTan Lainnya yaitu:
• Untuk dapat mendeteksi secara dini dan mencegah terjadinya pre-eklampsia / eklampsia maka dalam melakukan ANC, bidan harus memberikan pelayanan yang berkualitas dan sesuai dengan standar 7T ( Timbang, TD, TFU, Tablet Fe, TT, Tes PMS, Temuwicara )
• Diharapkan pada tenaga kesehatan khususnya bidan untuk menjelaskan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan, sehingga ibu hamil dapat mengetahui gejala awal dan penyimpangan yang terjadi dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat
• Bidan harus memberikan penyuluhan pada ibu –ibu hamil tentang KB supaya mereka bisa mengatur kehamilannya dan meningkatkan kondisi kesehatannya sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi dan penyulit kehamilan dan persalinan
• Jika bidan menemui kasus ibu hamil / ibu antepartum dengan PEB segera rujuk ke RS
(Prawirohardjo Sarwono, 2002 “ Ilmu kebidanan)
TERIMAkasiH^_^……